MAKALAH
MASALAH
PENYALAHGUNAAN
NARKOBA

Oleh :
PUTRI AZKIA
F1F115005
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SAINS
DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS
JAMBI
2016
DAFTAR ISI
BAB I
STUDI KASUS
1.1 Kasus

TRIBUNPONTIANAK.CO.ID, MEMPAWAH -
Jajaran Sat Res Narkoba Polres Pontianak mengamankan 5 pemuda yang tengah asyik
pesta sabu-sabu di Jl Raya Seliung, Kecamatan Sungai Pinyuh, Senin (14/9/2015).
Penangkapan itu berawal dari informasi masyarakat yang mengaku resah akan ulah
para pelaku.
Kelima pengguna sabu ini adalah Yayan (22), Febri (18)
berstatus pelajar, Ilham Liunardi (18) pelajar, Yansen (18) dan Edi Sugianto
(26), yang semuanya warga Sungai Pinyuh. Usai diamankan, tersangka
langsung diamankan di Polres Pontianak, untuk mendapatkan proses lebih lanjut
atas perubatan mereka.
Polisi menangkap kelimanya bersama barang bukti, yakni 8
paket diduga sabu-sabu seberat 2,43 gram, 1 bong, 1 timbangan elektrik, 1
bungkus klip transparan, 2 unit HP.
Maraknya peredaran dan penggunaan narkoba dikalangan pelajar
sebagai generasi muda menjadi kekhawatiran sendiri untuk terus memberantas
penggunaan barang haram tersebut.
Kasat Narkoba Polres Pontianak, Iptu Buchari yang memimpin
timnya dalam menggagalkan pesta sabu 5 pemuda tanggung, tidak mendapat
perlawanan berarti dari para tersangka.
Seluruh pelaku masih dalam pengaruh obat saat dilakukan
penangkapan. Setelah dilakukan tes urine pun positif menggunakan narkoba.
“Tidak ada perlawanan dari tersangka. Kebetulan mereka
sedang dalam pengaruh obat saat kita amankan. Dan langsung kita giring mereka
ke Polres Pontianak. Selanjutnya kasus ini akan kita tangani lebih lanjut
lagi,” ujarnya, Selasa (15/9/2015).
BAB II
PERMBAHASAN MASALAH
2.1 Pelaku Narkoba
Narkoba
atau napza adalah obat/bahan/zat, yang bukan tergolong makanan. Jika diminum,
diisap, dihirup, ditelan, atau disuntikan, berpengaruh terutama pada kerja otak
(susunan saraf pusat) yang sering menyebabkan kertergantungan. Akibatnya, kerja
otak berubah (meningkat atau menurun),sehingga dapat mengubah keadaan psikologi
seseorang seperti perubahan perasaan, pikiran, suasana hati serta perilaku.
Pada
kasus ini, ke-5 orang pelajar yang tertangkap telah positif mengkonsumsi
narkoba. Ke-5 pelajar ini merupakan contoh dari banyak kasus penggunaan narkoba
oleh para pelajar. Saat ini, para pelajar sangat rentan menjadi target
pemasaran narkoba. Karena para pelajar yang berusia belasan masih memiliki
psikologis yang labil, sehingga mudah dipengaruhi.Biasanya para pelajar ini
hanya sebatas coba-coba yang akhirnya kecanduan.
Pelajar
yang terjerumus pada narkoba biasanya terpengaruh dengan lingkungan sekitar
baik itu lingkungan tempat tinggal atau lingkungan sekolah. Biasanya pelajar
ini dipengaruhi bagaimana mereka bergaul dan dengan siapa mereka bergaul. Oleh
sebab itu, pengawasan orangtua dan guru sangat diperlukan serta pendidikan
agama untuk membentuk akhlak dan pribadi yang baik dari seorang pelajar.
2.2 Faktor penyebab penyalahgunaan narkoba
Ada beberapa faktor yang dapat menjadi penyebab ke-5 pelajar
tersebut mulai menyalahgunakan narkoba yang pada akhirnya menyebabkan
ketergantungan. Beberapa faktor penyebab penyalahgunaan narkoba diantaranya
yaitu:
1.
Faktor kepribadian
Beberapa hal yang termasuk di dalam faktor pribadi adalah
genetik, bilogis, personal, kesehatan dan gaya hidup yang memiliki pengaruh
dalam menetukan sorang remaja terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba .
·
Kurangnya Pengendalian Diri
Orang yang coba-coba menyalahgunakan narkoba biasanya
memiliki sedikit pengetahuan tentang narkoba, bahaya yang ditimbulkan, serta
aturan hukum yang melarang penyalahgunaan narkoba.
·
Konflik Individu/Emosi Yang Belum Stabil
Orang yang mengalami konflik akan mengalami frustasi. Bagi
individu yang tidak biasa dalam menghadapi penyelesaian masalah cenderung
menggunakan narkoba, karena berpikir keliru bahwa cemas yang ditimbulkan oleh
konflik individu tersebut dapat dikurangi dengan mengkonsumsi narkoba.
·
Terbiasa Hidup Senang / Mewah
Orang yang terbiasa hidup mewah kerap berupaya
menghindari permasalahan yang lebih rumit. Biasanya mereka lebih menyukai
penyelesaian masalah secara instan, praktis, atau membutuhkan waktu yang
singkat sehingga akan memilih cara-cara yang simple yang dapat memberikan
kesenangan melalui penyalahgunaan narkoba yang dapat memberikan rasa euphoria
secara berlebihan.
2.
Faktor
Keluarga
·
Kurangnya kontrol keluarga
Orang tua terlalu sibuk sehingga jarang mempunyai waktu
mengontrol anggota keluarga. Anak yang kurang perhatian dari orang tuanya
cenderung mencari perhatian diluar, biasanya mereka juga mencari kesibukan
bersama teman-temanya.
·
Kurangnya penerapan disiplin dan tanggung jawab
Tidak
semua penyalahgunaan narkoba yang dilakukan oleh remaja dimuali dari keluarga
yang broken home, semua anak mempunyai potensi yang sama untuk terlibat dalam
penyalahgunaan narkoba. Penerapan disiplin dan tanggung jawab kepada anak akan
mengurangi resiko anak terjebak ke dalam penyalahgunaan narkoba. Anak yang
mempunyai tanggung jawab terhadap dirinya, orang tua dan masyarakat akan
mempertimbangkan beberapa hal sebelum mencoba-coba menggunakan narkoba.
3.
Faktor Lingkungan
·
Masyarakat
Yang Individualis
Lingkungan yang individualistik dalam kehidupan kota besar
cenderung kurang peduli dengan orang lain, sehingga setiap orang hanya
memikirkan permasalahan dirinya tanpa peduli dengan orang sekitarnya. Akibatnya
banayak individu dalam masayarakat kurang peduli dengan penyalahgunaan narkoba
yang semakin meluas di kalangan remaja dan anak-anak.
·
Pengaruh Teman Sebaya
Pengaruh teman atau kelompok juga berperan penting terhadap
penggunaan narkoba. Hal ini disebabkan antara lain karena menjadi syarat
kemudajan untuk dapat diterima oleh anggota kelompok. Kelompok atau Genk
mempunyai kebiasaan perilaku yang sama antar sesama anggota. Jadi tidak aneh
bila kebiasaan berkumpul ini juga mengarahkan perilaku yang sama untuk
mengkonsumsi narkoba.
4.
Faktor
Pendidikan
Pendidikan akan bahaya penyalahgunaan narkoba di
sekolah-sekolah juga merupakan salah satu bentuk kampanye anti penyalahgunaan
narkoba. Kurangnya pengetahuan yang dimiliki oleh siswa-siswi akan bahaya
narkoba juga dapat memberikan andil terhadap meluasnya penyalahgunaan narkoba
di kalangan pelajar.
5.
Faktor
Masyarakat dan Komunitas Sosial
Faktor yang termasuk dan mempengaruhi kondisi sosial seorang
remaja atnara lain hilangnya nilai-nilai dalam sebuah keluarga dan sebuah
hubungan, hilangnya perhatian dengan komunitas, dan susahnya berdaptasi dengan
baik (bisa dikatakan merasa seperti alien, diasingkan)
6.
Faktor
Populasi Yang Rentan
Remaja masa kini hidup dalam sebuah lingkaran besar, dimana
sebagian remaja berada dalam lingkungan yang beresiko tinggi terhadap
penyalahgunaan narkoba. Banyak remaja mulai mencoba-coba narkoba, seperti
amphetamine-type stimulants ( termasuk didalamnya alkohol, tembakau dan
obat-obatan yang diminum tanpa resep atau petunjuk dari dokter, serta obat psikoaktif
) sehingga menimbulkan berbagai macam masalah pada akhirnya
2.3 Dampak penyalahgunaan narkoba
1. Bagi
diri sendiri (pelajar)
a) Terganggunya
fungsi otak dan perkembangan normal remaja
b) Keracunan
dan Overdosis
c) Gejala
putus zat
d) Gangguan.perilaku/mental-sosial
e) Masalah
ekonomi dan hukum
2. Bagi
keluarga
a) Suasana
nyaman dan tentram terganggu
b) Keluarga
harus menanggung beban sosial-ekonomi ini
c) Perasaan
resah, akibat masa depan yang tidak jelas
3. Bagi
sekolah
a) Narkoba
merusak disiplin dan motivasi
b) Mengganggu
terciptanya suasana belajar-mengajar
c) Prestasi
belajar turun drastis
d) Mengganggu
suasana tertib dan aman
4. Bagi
masyarakat, bangsa dan Negara
a) Mafia
perdagangan gelap selalu berusaha memasok narkoba
b) Terjalin
hubungan pengedar atau bandar dengan korban dan tercipta pasar gelap
c) Masyarakat
yang rawan narkoba tidak memiliki daya tahan dan kesinambungan pembangunan
terancam
d) Negara
menderita kerugian karena masyarakatnya tidak produktif kejahatan meningka
2.4 Ciri-ciri pengguna narkoba
1.
Perubahan
fisik dan perilaku sehar-hari
Yaitu jalan sempoyongan, penampilan dunguk, bicara
tidak jelas, mata merah, kurus dan nyeri tulang.
2.
Perubahan
psikologis
Yaitu gelisah, bingung, apatis, suka
menghayal, dan linglung.
3.
Perubahan
prilaku social
Yaitu menghindari kontak mata langsung, suka melawan, mudah
tersinggung, ditemukan obat-obatan, jarum suntik dalam kamar/ tas, suka
berbohong, suka bolos sekolah, malas belajar, suka mengurung diri di kamar.
2.5 Upaya penanggulangan narkoba
1. Prefentif
Pendidikan Agama sejak dini,Pembinaan kehidupan rumah tangga
yang harmonis dengan penuh perhatian dan kasih sayang,Menjalin
komunikasi yang konstruktif antara orang tua dan anak,Orang tua memberikan
teladan yang baik kepada anak-anak,Anak-anak diberikan pengetahuan sedini
mungkin tentang narkoba, jenis, dan dampak negatifnya.
2. Tindakan Hukum
Pelaku penyalahgunaan narkoba harus diberikan sanksi hukum yang
tepat, agar mereka jera dalam melakukannya. Ke-5 pelajar yang tertangkap
mengkonsumsi narkoba tidak boleh langsung diberikan hukuman pidana. Karena,
usia mereka tergolong usia remaja yang harus dilindungi. Mereka harus segera
direhabilitasi dan dilakukan sosialisasi serta pembinaan yang tepat. Agar dapat
merubah pola kebiasaan yang buruk dan diharapkan membentuk suatu karakter
pemuda bangsa yang tangguh dan bertanggung jawab. Dukungan semua pihak dalam
pemberlakuan Undang-Undang dan peraturan disertai tindakkan nyata demi
keselamatan generasi muda penerus dan pewaris bangsa. Sayangnya KUHP belum
mengatur tentang penyalah gunaan narkoba, kecuali UU No :5/1997 tentang
Psikotropika dan UU no: 22/1997 tentang Narkotika.
3. Rehabilitasi
Didirikan pusat-pusat rehabilitasi berupa rumah sakit atau ruang
rumah sakit secara khusus untuk mereka yang telah menderita ketergantungan.
Adapun proses rehabilitasi korban narkoba
1. Tahap
rehabilitasi medis (detoksifikasi), tahap ini pecandu diperiksa seluruh
kesehatannya baik fisik dan mental oleh dokter terlatih. Dokterlah yang
memutuskan apakah pecandu perlu diberikan obat tertentu untuk mengurangi gejala
putus zat (sakau) yang ia derita. Pemberian obat tergantung dari jenis narkoba
dan berat ringanya gejala putus zat. Dalam hal ini dokter butuh kepekaan,
pengalaman, dan keahlian guna memdeteksi gejala kecanduan narkoba tersebut.
2. Tahap
rehabilitasi nonmedis, tahap ini pecandu ikut dalam program rehabilitasi. Di
Indonesia sudah di bangun tempat-tempat rehabilitasi, sebagai contoh di bawah
BNN adalah tempat rehabilitasi di daerah Lido (Kampus Unitra), Baddoka
(Makassar), dan Samarinda. Di tempat rehabilitasi ini, pecandu menjalani berbagai
program diantaranya program therapeutic communities (TC), 12 steps (dua belas
langkah, pendekatan keagamaan, dan lain-lain.
3. Tahap
bina lanjut (after care), tahap ini pecandu diberikan kegiatan sesuai dengan
minat dan bakat untuk mengisi kegiatan sehari-hari, pecandu dapat kembali ke
sekolah atau tempat kerja namun tetap berada di bawah pengawasan.
BAB III
KETERKAITAN MASALAH DENGAN
PEMBELAJARAN
Perilaku penyalahgunaan narkoba oleh
ke-5 pelajar ini, termasuk kedalam penyimpangan kodrat manusia sebagai makhluk
yang beradab dan makhluk yang memiliki estetika. Narkoba dapat menimbulkan
hilangnya kesadaran/pikiran setiap penggunanya, sehingga mereka dapat melakukan
hal-hal menyimpang yang tidak beradap dan tidak mengandung estetika yang indah.
Manusia
yang memiliki estetika berusaha menciptakan keindahan, sedangkan mereka yang
mengkonsumsi narkoba cenderung untuk berbuat kerusakan dimuka bumi. Manusia
yang beradab berusaha untuk selalu menjaga perilaku yang sesuai dengan nilai,
norma dan moral. Sedangkan mereka cenderung untuk berprilaku kasar dan
menyimpang terhadap nilai, moral dan norma.
3.1 Manusia dan adab
Narkoba memiliki manfaat yang besar
dalam bidang kedokteran dan farmasi. Namun dilihat pada kenyataannya, narkoba
lebih banyak mengarah ke negatif. Narkoba merupakan salah satu budaya asing
yang masuk dan berkembang ke Indonesia. Kita dapat kehilangan budaya Negara
kita sendiri, jika masyarakat Indonesia sendiri tidak mempelajari pengetahuan
tentang kebudayaan Indonesia. Ada baiknya budaya barat yang kita serap disaring
terlebih dahulu. Karena tidak semua budaya barat adalah baik. Jika kita terus
menerima dan menyerap budaya asing yang tidak sesuai dengan karakter bangsa,
dapat terjadi penyimpangan nilai, norma dan moral. Melalui penyimpangan
terhadap nilai, norma dan moral tersebut dapat tercipta pola kehidupan dan
pergaulan yang menyimpang.
Manusia
dikatakan beradab baik adalah ketika manusia mempunyai sopansantun dalam
tingkah lakunya dan mempunyai budi pekerti yang luhur dan baik. Serta memenuhi
kewajibannya sebagai makhluk tuhan, individu dan sosial.
3.2 Manusia dan estetika
Estetika
adalah ilmu yang membahas keindahan, bagaimana ia bisa terbentuk, dan bagaimana
seseorang bisa merasakannya. Keindahan mengandung nilai kebaikan. bahwa segala
sesuatu yang baik termasuk yang abstrak maupun nyata yang mengandung ide
kebaikan adalah indah. Filsuf Plato yang menentukan keindahan dari proporsi,
keharmonisan, dan kesatuan. Sementara Aristoteles menilai keindahan datang dari
aturan-aturan, kesimetrisan, dan keberadaan. Sedangkan, penyalahgunaan narkoba
merupakan perilaku yang bertentangan dengan aturan-aturan dan tidak
mencerminkan suatu keindahan.
Manusia
dikatakan memiliki nilai estetika adalah ketika manusia tersebut dapat membuat
suatu keharmonisan dari dirinya dengan segala sesuatu disekitarnya. Selain
menghasilkan karya-karya yang indah, estetika juga menyangkut tentang bagaimana
seseorang individu dapat berkata yang sopan dan indah untuk didengar orang lain.
Serta memiliki penampilan yang indah untuk dapat bersosialisasi dengan orang
lain disekitarnya.
3.3 Individu, keluarga dan masyarakat
Pelajar
merupakan generasi penerus bangsa yang menjadi tolak ukur kemajuan suatu
bangsa. Oleh sebab itu, penting bagi setiap elemen (komponen) bangsa untuk ikut berpartisipasi dalam
meningkatkan mutu generasi bangsa. Artinya, antara komponen satu dan komponen
lainnya saling berhubungan dalam menciptakan suatu karakter anak bangsa yang
dicita-citakan. Komponen itu diantaranya yaitu :
1. Individu
Sebagai
seorang individu, harus memiliki kesadaran untuk melakukan sesuatu yang baik
dan tidak merugikan orang lain. Individu yang telah mencapai usia remaja harus
mencari jati dirinya dengan kesungguhan hati
dan dengan motivasi-motivasi untuk menjadi pribadi yang lebih baik.
Untuk dapat terhindar dari perilaku menyimpang khususnya penyalahgunaan
narkoba, seorang individu harus mengetahui dan mau belajar dari orang lain yang
lebih tua, mau menerima masukan yang baik dari orang lain dan tidak langsung
menerima masukan dari orang lain tetapi harus disaring baik dan buruk nya.
Seorang individu juga harus memiliki iman yang kuat agar tidak mudah terjerumus
ke dalam penyimpangan yang terjadi di sekitar lingkungan mereka.
2. Keluarga
Keluarga
merupakan tempat seorang individu untuk bersosialisasi dan mendapatkan
pendidikan untuk pertama kalinya. Keluarga memegang peranan besar dalam
membentuk karakter suatu individu. Pada umumnya, keluarga yang baik akan
membentuk karakter yang baik dan tangguh pada seorang individu untuk menghadapi
lingkungan luar, dan begitu pula sebaliknya. Adapun hal-hal yang dapat
dilakukan keluarga dalam mencegah terjadinya penyalahgunaan narkoba oleh anak
atau remaja, diantaranya yaitu :
- Pendidikan Agama dan Akhlak
- Kasih sayang, rasa aman, bimbingan dan perhatian
- Selalu ada ketika dibutuhkan
- Mengetahui segala kebutuhan anak – anak
- Memberikan kebebasan dalam batas kemampuan anaknya dengan pengawasan secara bijaksana
- Dorongan semangat untuk mencapai prestasi
- Pengawasan secara aktif dan bijaksana
3. Masyarakat
Partisipasi
dan kolaborasi segenap masyarakat adalah strategi yang sangat diperlukan untuk
merespon secara multi disiplin pada permasalahan penyalahgunaan narkoba yang
sangat kompleks. Dengan kenyataan ini, sepertinya tidak ada satu sistem atau
kelompok pun yang bisa memberantas dan mencegah sendiri penyalahgunaan narkoba
di lingkunganya.
Kegiatan-kegiatan
pencegahan yang dapat dilaksanakan selain desiminasi informasi, penyuluhan dan
pendidikan, melalui kegiatan rutin di masyarakat, juga perlu pendekatan terpadu
antara sekolah dan masyarakat. Pendekatan ini dilakukan karena disadari bahwa
sekolah yang melibatkan masyarakat dalam kegiatan pencegahan akan memperoleh
banyak manfaat, antara lain komitmen masyarakat dalam bentuk waktu, bantuan
keuangan, dan bantuan lain.
Strategi yang dapat dilakukan untuk membangun jaringan antara masyarakat dan sekolah adalah pembentukan panitia pencegahan di sekolah. Diperlukan juga pendekatan keamanan di mana masyarakat bekerjasama dengan polisi untuk membantu mengurangi kriminalitas yang berkaitan dengan narkoba. Kerjasama antara polisi dan masyarakat di tingkat kelurahan sangat diperlukan untuk mengurangi, mencegah dan menangkal peredaran narkoba di RW/RT, selain memberi rasa aman dan tenteram bagi warga.
Strategi yang dapat dilakukan untuk membangun jaringan antara masyarakat dan sekolah adalah pembentukan panitia pencegahan di sekolah. Diperlukan juga pendekatan keamanan di mana masyarakat bekerjasama dengan polisi untuk membantu mengurangi kriminalitas yang berkaitan dengan narkoba. Kerjasama antara polisi dan masyarakat di tingkat kelurahan sangat diperlukan untuk mengurangi, mencegah dan menangkal peredaran narkoba di RW/RT, selain memberi rasa aman dan tenteram bagi warga.
DAFTAR PUSTAKA
Martono, dkk. 2008. Belajar Hidup Bertanggung Jawab:
Menangkal Narkoba dan Kekerasan. Jakarta: Balai Pustaka.
Partodiharjo, Subagyo. 2006. Kenali Narkoba dan
Musuhi Penyalahgunaannya. Jakarta: Erlangga.