TUGAS KIMIA MEDISINAL
EFEK SAMPING WARFARIN
Di Susun Oleh :
Nama :
PUTRI AZKIA
NIM : F1F115005
Dosen Pengampu
Dr. Drs. Syamsurizal, Msi.
JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH
SWT yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup
yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan alam dunia
ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita
serta harapan yang ingin kita capai-hambanya yang berada di jalan-Nya.
Terimakasih sebelum dan sesudahnya kepada
semua pihak yang telah banyak memberikan banyak pengajaran dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan kepada penulis selama ini dan orang tua yang telah
memberikan motivasi untuk dapat lebih semangat dalam meraih cita-cita yang
diinginkan oleh penulis serta teman-teman sekalian yang telah membantu baik
bantuan moril maupun materil, sehingga tugas ini dapat terselesaikan dalam
waktu yang di tentukan.
Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan
tugas ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangan, baik
dari segi bahasa maupun dalam pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman
sekalian. Untuk itu besar harapan penulis jika ada kritik dan saran yang
membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini di lain waktu, agar
pengembangan tata bahasa penulis lebih baik lagi dan juga hal-hal yang diangkat
dalam menyelesaikan makalah ini tidak secara gegabah ataupun egois semata.
Jambi, 9 Oktober 2017
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I. PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Warfarin adalah
antikoagulan oral yang bekerja dengan menghambat sintesis faktor pembekuan,
sehingga mencegah terjadinya pembekuan darah. Warfarin sering diberikan pada
pasien dengan resiko terbentuknya bekuan darah yang dapat menyebabkan
tromboemboli, seperti pada penyakit kardiovaskuler dan pasien dengan risiko stroke
(kusumastuti, et al. 2010).
Warfarin bekerja
di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya.
Karena waktu paruh dari masing-masing faktor pembekuan darah tersebut, maka
bila terjadi deplesi faktor Vll waktu protrombin sudah memanjang. Tetapi efek
anti trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat faktor
tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa hari
karena efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan
terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi.
Warfarin menunjukkan
efektivitasnya sebagai indeks terapi sempit yang dapat menyebabkan terjadinya
interaksi antara obat dengan obat dan obat dengan makanan. Ini harus dimonitor,
namun membutuhkan biaya dan merepotkan pasien. Tujuan dari memonitor adalah
untuk memastikan nilai International Normalised Ratio (INR) telah terkontrol
dalam range target terapi (2,0-3,0), jadi pengobatan menggunakan warfarin
menunjukkan rasio antara manfaat dan risiko yang saling tawar menawar (gray, et
al. 2003).
Karena
itu, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai mekanisme
kerja warfarin dalam menghasilkan efek, mekanisme terjadinya efek samping dan
cara penanganan efek samping yang ditimbulkan.
B. Identifikasi masalah
·
Bagaimana struktur kimia warfarin?
·
Bagaimana mekanisme kerja warfarin dalam
menimbulkan efek?
·
Bagaimana efek samping warfarin?
C. Tujuan
·
Mengetahui struktur kimia warfarin
·
Memahami mekanisme kerja warfarin dalam
menimbulkan efek
·
Mengetahui efek samping warfarin
BAB I. PENDAHULUAN
A. Pendahuluan
Warfarin adalah
antikoagulan oral yang bekerja dengan menghambat sintesis faktor pembekuan,
sehingga mencegah terjadinya pembekuan darah. Warfarin sering diberikan pada
pasien dengan resiko terbentuknya bekuan darah yang dapat menyebabkan
tromboemboli, seperti pada penyakit kardiovaskuler dan pasien dengan risiko stroke
(kusumastuti, et al. 2010).
Warfarin bekerja
di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya.
Karena waktu paruh dari masing-masing faktor pembekuan darah tersebut, maka
bila terjadi deplesi faktor Vll waktu protrombin sudah memanjang. Tetapi efek
anti trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat faktor
tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa hari
karena efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan
terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi.
Warfarin menunjukkan
efektivitasnya sebagai indeks terapi sempit yang dapat menyebabkan terjadinya
interaksi antara obat dengan obat dan obat dengan makanan. Ini harus dimonitor,
namun membutuhkan biaya dan merepotkan pasien. Tujuan dari memonitor adalah
untuk memastikan nilai International Normalised Ratio (INR) telah terkontrol
dalam range target terapi (2,0-3,0), jadi pengobatan menggunakan warfarin
menunjukkan rasio antara manfaat dan risiko yang saling tawar menawar (gray, et
al. 2003).
Karena
itu, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai mekanisme
kerja warfarin dalam menghasilkan efek, mekanisme terjadinya efek samping dan
cara penanganan efek samping yang ditimbulkan.
B. Identifikasi masalah
·
Bagaimana struktur kimia warfarin?
·
Bagaimana mekanisme kerja warfarin dalam
menimbulkan efek?
·
Bagaimana efek samping warfarin?
·
Bagaimana interaksi obat dengan warfarin?
C. Tujuan
·
Mengetahui struktur kimia warfarin
·
Memahami mekanisme kerja warfarin dalam
menimbulkan efek
·
Mengetahui efek samping warfarin
·
Mengetahui interaksi obat dengan warfarin
BAB II. PEMBAHASAN
A. Warfarin
Gambar
1. Sediaan Warfarin (Coumadin®)
Gambar
2. Sediaan Warfarin
Antikoagulan digunakan untuk
mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat
fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan
untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk
mencegah bekunya darah in vitro. Pada trombus yang sudah terbentuk,
antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan mengurangi kemungkinan
terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil trombus.
Warfarin
merupakan turunan kumarin yang sudah biasa diresepkan sebagai antikoagulan oral
untuk mengobati atau mencegah penyakitpenyakit trombotik, diantaranya myocardial
infarction, ischemic stroke, venus thrombosis, heart valve
replecement dan atrial fibrillation. Namun, warfarin mempunyai rentang
terapeutik yang sempit dan memberikan perbedaan respon yang besar diantara individu
atau pasien. Kekurangan dosis akan menyebabkan kegagalan dalam mencegah tromboembolisme
sedangkan kelebihan dosis akan meningkatkan resiko perdarahan. Derajat antikogulasi
setiap pasien diukur dengan parameter waktu protrombin yang dinyatakan dengan International
Normalized Ratio (putri, et al. 2012).
Warfarin adalah
antikoagulan oral yang banyak digunakan pada pasien dengan resiko tromboemboli
dan mempunyai efektivitas yang tinggi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas
akibat tromboemboli. Saat ini, warfarin merupakan antikoagulan oral yang paling
banyak digunakan. Indikasi umum digunakan warfarin dalam jangka panjang adalah pasien
dengan atrial fibrilasi, gangguan mekanik katup jantung, kardiomiopati dan penderita
tromboemboli vena.1,2 Warfarin merupakan antagonis vitamin K, bekerja dengan
menghambat sintesis hepatik faktor koagulasi II, VII, IX, X dan protein antikoagulasi
C dan S yang tergantung vitamin K sebagai kofaktornya(kusumastuti, et al.
2010).
Warfarin tidak
mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah terbentuk, tetapi dapat
mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif untuk pencegahan
stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan, penderita yang
diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara berkala.
Bioavailabilitas
oral dari warfarin hampir 100%. Warfarin terutama berikatan dengan protein
plasma (97%), khususnya dengan albumin.Warfarin didistribusikan melalui hati,
ginjal, paru-paru dan limpa. Durasi efek antikoagulannya setelah pemberian
dosis tunggal adalah 5–7 hari (kusumastuti, et al. 2010).
B. Struktur Kimia
Warfarin
merupakan senyawa yang bersifat teratogen. Obat ini mempunyai berat
molekul yang kecil yaitu 308,33
g/mol sehingga dapat melintasi plasenta dan efek kerjanya sebagai antagonis
vitamin K dapat mempengaruhi perkembangan embrio dan fetus. Warfarin yang
dikonsumsi pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya
kelainan pada janin yang dikenal dengan istilah Fetal Warfarin Syndrom
(FWS).
Warfarin
mempunyai nama kimia
4-hydroxy-3-(3-oxo-1-phenylbutyl)-2H-chromen-2-one,rantaikarbon CC(=O)CC(C1=
CC= CC= C1)C1= C(O)C2= C(OC1= O)C= CC= C2, dengan rumus kimia C19H16O4, dan
struktur kimia:
Gambar 3.
Sturuktur kimia warfarin
Warfarin
mempunyai sediaan berbentuk tablet dengan dosis bervariasi mulai dari 1 mg
hingga 10 mg.
D. Mekanisme Kerja Efek
1. Menghambat
produksi factor pembekuan
Warfarin
dan obat-obat terkait kumarin bekerja dengan menghambat produksi faktor pembekuan
tergantung vitamin K yang dibentuk oleh hati (II, VII, IX, X) dan protein C dan
S. Tes laboratorium yang digunakan untuk memonitor efeknya adalah waktu
protrombin, saat ini telah distandardisasi menjadi rasio normalisasi
internasional (INR). Pada awal terapi warfarin waktu protrombin memanjang namun
jalur intrinsic sementara masih belum terpengaruh. Hal ini adalah alasan mengapa
dalam mengubah terapi heparin menjadi warfarin, heparin harus tetap dilanjutkan
selama minimal 24 jam setelah didapatkan INR yang adekuat (gray, et al. 2003)
Dalam garis besar proses pembekuan darah
berjalan melalui tiga tahap :
·
aktivasi tromboplastin,
·
pembentukan trombin dari protrombin, dan
·
pembentukan fibrin dari fibrinogen.
2.
Bioavailibilitas
baik
Warfarin
memiliki bioavailabilitas yang sangat baik dengan konsentrasi darah maksimum dicapai
dalam waktu 90 menit dan dengan cepat terakumulasi dalam hati. Warfarin
memiliki waktu paruh lebih dari 40 jam. Dosis rata-rata yang diperlukan untuk
mencapai INR 2,0-3,0 adalah antara 3 mg dan 5 mg, meskipun ada yang 1 mg dan
ada yang 30 mg atau lebih. Warfarin terikat dengan protein plasma dalam jumlah
yang besar yaitu 98,7%-99,9%. Jika ada faktor yang mendesak ikatan protein plasma
ini lepas dari tempat ikatannya sehingga kadar obat yang
bebas meningkat, maka akan sangat mempengaruhi hasil dari terapi dan dapat menyebabkan
toksik (Agustini, et al. 2016).
E. Efek Samping
1. Perdarahan
Perdarahan
merupakan efek samping paling umum terjadi dan dipengaruhi oleh factor lain
seperti usia, hipertensi, pembedahan dalam waktu dekat, dan penyakit keganasan.
Secara rata-rata, risiko perdarahan tahunan keseluruhan adalah 6 % dengan
episode mayor dan fatal masing-masing sebesar 2% dan0,8% (gray, et al. 2003).
Perdarahan minor
dapat berupa perdarahan membrane mukosa, perdarahan subkonjungtiva, kemosis,
hematuria dan epistaksis. Perdarahan mayor berupa perdarahan saluran cerna,
perdarahan intrakranial dan perdarahan retroperitoneal. Perdarahan masif
umumnya melibatkan saluran cerna, namun dapat pula melibatkan traktus spinal dan
serebral, perikardium, paru, ginjal dan hepar. Meskipun jarang, perdarahan
masif intraokuler dilaporkan terjadi pada pasien dengan degenerasi makula yang
telah ada sebelumnya (kusumastuti, et al. 2010).
2.
Nekrosis kulit
Kompilasi
yang jarang terjadi adalah nekrosis kulit yang diinduksi oleh kumarin,
etiologinya tidak diketahui dan terjadi padahari ketiga hingga kedelapan
setelah terapi dimulai. Kumarin melintasi plasenta dan dapat bersifat
teratogenik, terutama selama trimester pertama kehamilan (gray, et al. 2003).
3. Penurunan
risiko stroke
Warfarin
menunjukkan penurunan risiko stroke pada pasien dengan fibrilasi atrial
hingga 62%. The Framingham Heart Study menunjukkan risiko yang diakibatkan
oleh stroke pada pasien dengan fibrilasi atrial meningkat dari 1,5% pada
usia 50-59 tahun hingga 23,5% pada usia 80-89 tahun (Agustini, et al. 2016).
F. Solusi Efek Samping
Pada perdarahan,
tindakan pertama adalah menghentikan pemberian antikoagulan. Perdarahan hebat
memerlukan suntukan vitamin K1 (filokuinon) iv, dan biasanya perdarahan dapat
diatasi beberapa jam setelah penyuntikan. Pada perdarahan ringan dapat diberi
dosis tunggal 1–5 mg; tapi untuk perdarahan berat dapat diberi dosis 20–40 mg, jika
perlu dosis ditambah setelah 4 jam. Pemakaian vitamin K harus dibatasi untuk
kasus perdarahan berat karena pasien mungkin menjadi refrakter berhari-hari
terhadap terapi ulang dengan antikoagulan oral (kusumastuti, et al. 2010).
BAB III. PENUTUP
A. Kesimpulan
2. Warfarin bekerja di
hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya
3. Warfarin menunjukkan
efektivitasnya sebagai indeks terapi sempit yang dapat menyebabkan terjadinya
interaksi antara obat dengan obat dan obat dengan makanan.
4. Kekurangan dosis akan menyebabkan
kegagalan dalam mencegah tromboembolisme sedangkan kelebihan dosis akan
meningkatkan resiko perdarahan.
5. Perdarahan merupakan
efek samping paling umum terjadi,
selain itu dapat terjadi nekrosis kulit, penurunan risiko stroke, dan
sebagainya.
B. Saran
Untuk
menyempurnakan tugas
ini penulis mengharapkan saran dan kritiknya dari pembaca yang membangun.karena
penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.
Daftar Pustaka
Agustini,
T.T., H. Arifin, dan A.M. Hanif. 2016. Perbandingan
Dosis Warfarin terhadap Durasi Tercapainya Target INR pada Pasien CHF dengan
Fibrilasi Atrial. Jurnal Sains Farmasi dan Klini. Vol 2(2) : 163-165.
Gray, H.H., K.D. Dawkins, J.M. Morgan, dan I.A.
Simpson. 2003. Kardiologi. Jakarta : Erlangga.
Kusumastuti, D.H., D. Rosalina, R. Doemilah, dan E.
Komaratih. 2010. Awareness of Subconjunctival
Bleeding on Warfarin Therapy Patient. Jurnal Oftalmologi Indonesia. Vol 7 (4)
:167-170.
Putri,
N.A., K. Lestari, A. Diantini dan T. Rusdiana. 2012. Monitoring Terapi Warfarin pada Pasien Pelayanan Jantung pada Rumah Sakit
di Bandung. Jurnal Farmasi Klinik
Indonesia. Vol 1 (3) : 110-111.
PERTANYAAN
PERTANYAAN
1. Apakah warfarin aman dikonsumsi dalam jangka panjang?
2. Apakah warfarin tidak berbahaya jika digunakan oleh ibu
hamil?
3. Apakah efek warfarin sama setiap orang?
4. Bagaimana interaksi warfarin dengan obat lain?
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusSaya akan membantu menjawab soal ke 4
BalasHapusWalaupun efektif, terapi dengan warfarin mempunyai beberapa kelemahan. Banyak obat obatan yang digunakan berinteraksi dengan warfarin, begitu juga dengan beberapa makanan (terutama sayuran hijau, karena mengandung banyak vitamin K1) dan aktifitasnya harus dimonitor dengan test darah untuk memastikan dosis yang aman dan adekuat.9 International normalized ratio (INR) digunakan untuk terapi dengan warfarin ini, INR yang tinggi mempunyai merupakan predisposisi resiko tinggi perdarahan, sedangkan INR dibawah target terapi mengindikasikan dosis warfarin yang tidak cukup untuk melindungi dari kejadian thromboembolic.
Terima kasih blognya sangat membantu saya , saya akan coba bantu jawab soal
BalasHapuspada no. 3
Intensitas efek warfarin berbeda diantara pasien dan bervariasi pada satu pasien dalam waktu yang berbeda. Kerjanya dipengaruhi oleh banyak obat, makanan, dan penyakit lain yang sedang diderita seperti gagal ginjal, gagal jantung dan hipertiroidisme. Warfarin memiliki interaksi dengan makanan, alkohol, produk herbal dan obat lainnya
Saya mau coba jawab soal no. 2
BalasHapusWarfarin yang dikonsumsi pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada janin yang dikenal dengan istilah Fetal Warfarin Syndrom (FWS). Karena, obat ini mempunyai berat molekul yang kecil yaitu 308,33 g/mol sehingga dapat melintasi plasenta dan efek kerjanya sebagai antagonis vitamin K dapat mempengaruhi perkembangan embrio dan fetus.
Hai putri, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no. 1
BalasHapusWarfarin tidak untuk pemakaian jangka panjang, kecuali pada beberapa kondisi. Karena warfarin menunjukkan efektivitas indeks terapi sempit yaitu kekurangan dosis akan menyebabkan kegagalan dalam mencegah tromboembolisme sedangkan kelebihan dosis akan meningkatkan resiko perdarahan. Hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya interaksi antara obat dengan obat dan obat dengan makanan. Ini harus dimonitor, namun membutuhkan biaya dan merepotkan pasien.
Warfarin penggunaan dalam jangka panjang adalah untuk pasien dengan atrial fibrilasi, gangguan mekanik katup jantung, kardiomiopati dan penderita tromboemboli vena.1,2.