Minggu, 08 Oktober 2017

EFEK SAMPING WARFARIN




TUGAS KIMIA MEDISINAL
EFEK SAMPING WARFARIN





Di Susun Oleh :
      Nama            : PUTRI AZKIA
      NIM              : F1F115005
                        


Dosen Pengampu
Dr. Drs. Syamsurizal, Msi.



JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2017


 

KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai-hambanya yang berada di jalan-Nya.
Terimakasih sebelum dan sesudahnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan banyak pengajaran dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada penulis selama ini dan orang tua yang telah memberikan motivasi untuk dapat lebih semangat dalam meraih cita-cita yang diinginkan oleh penulis serta teman-teman sekalian yang telah membantu baik bantuan moril maupun materil, sehingga tugas ini dapat terselesaikan dalam waktu yang di tentukan.
Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangan, baik dari segi bahasa maupun dalam pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian. Untuk itu besar harapan penulis jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini di lain waktu, agar pengembangan tata bahasa penulis lebih baik lagi dan juga hal-hal yang diangkat dalam menyelesaikan makalah ini tidak secara gegabah ataupun egois semata.


Jambi, 9 Oktober 2017
                                                                                                                        Penulis




DAFTAR ISI





 


BAB I. PENDAHULUAN

A.    Pendahuluan

Warfarin adalah antikoagulan oral yang bekerja dengan menghambat sintesis faktor pembekuan, sehingga mencegah terjadinya pembekuan darah. Warfarin sering diberikan pada pasien dengan resiko terbentuknya bekuan darah yang dapat menyebabkan tromboemboli, seperti pada penyakit kardiovaskuler dan pasien dengan risiko stroke (kusumastuti, et al. 2010).
Warfarin bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya. Karena waktu paruh dari masing-masing faktor pembekuan darah tersebut, maka bila terjadi deplesi faktor Vll waktu protrombin sudah memanjang. Tetapi efek anti trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat faktor tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa hari karena efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi.
Warfarin menunjukkan efektivitasnya sebagai indeks terapi sempit yang dapat menyebabkan terjadinya interaksi antara obat dengan obat dan obat dengan makanan. Ini harus dimonitor, namun membutuhkan biaya dan merepotkan pasien. Tujuan dari memonitor adalah untuk memastikan nilai International Normalised Ratio (INR) telah terkontrol dalam range target terapi (2,0-3,0), jadi pengobatan menggunakan warfarin menunjukkan rasio antara manfaat dan risiko yang saling tawar menawar (gray, et al. 2003).
Karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai mekanisme kerja warfarin dalam menghasilkan efek, mekanisme terjadinya efek samping dan cara penanganan efek samping yang ditimbulkan.

B. Identifikasi masalah

·         Bagaimana struktur kimia warfarin?
·         Bagaimana mekanisme kerja warfarin dalam menimbulkan efek?
·         Bagaimana efek samping warfarin?

C. Tujuan

·         Mengetahui struktur kimia warfarin
·         Memahami mekanisme kerja warfarin dalam menimbulkan efek
·         Mengetahui efek samping warfarin







BAB I. PENDAHULUAN

A.    Pendahuluan

Warfarin adalah antikoagulan oral yang bekerja dengan menghambat sintesis faktor pembekuan, sehingga mencegah terjadinya pembekuan darah. Warfarin sering diberikan pada pasien dengan resiko terbentuknya bekuan darah yang dapat menyebabkan tromboemboli, seperti pada penyakit kardiovaskuler dan pasien dengan risiko stroke (kusumastuti, et al. 2010).
Warfarin bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya. Karena waktu paruh dari masing-masing faktor pembekuan darah tersebut, maka bila terjadi deplesi faktor Vll waktu protrombin sudah memanjang. Tetapi efek anti trombotik baru mencapai puncak setelah terjadi deplesi keempat faktor tersebut. Jadi efek anti koagulan dari warfarin membutuhkan waktu beberapa hari karena efeknya terhadap faktor pembekuan darah yang baru dibentuk bukan terhadap faktor yang sudah ada disirkulasi.
Warfarin menunjukkan efektivitasnya sebagai indeks terapi sempit yang dapat menyebabkan terjadinya interaksi antara obat dengan obat dan obat dengan makanan. Ini harus dimonitor, namun membutuhkan biaya dan merepotkan pasien. Tujuan dari memonitor adalah untuk memastikan nilai International Normalised Ratio (INR) telah terkontrol dalam range target terapi (2,0-3,0), jadi pengobatan menggunakan warfarin menunjukkan rasio antara manfaat dan risiko yang saling tawar menawar (gray, et al. 2003).
Karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai mekanisme kerja warfarin dalam menghasilkan efek, mekanisme terjadinya efek samping dan cara penanganan efek samping yang ditimbulkan.

B. Identifikasi masalah

·         Bagaimana struktur kimia warfarin?
·         Bagaimana mekanisme kerja warfarin dalam menimbulkan efek?
·         Bagaimana efek samping warfarin?
·         Bagaimana interaksi obat dengan warfarin?

C. Tujuan

·         Mengetahui struktur kimia warfarin
·         Memahami mekanisme kerja warfarin dalam menimbulkan efek
·         Mengetahui efek samping warfarin
·         Mengetahui interaksi obat dengan warfarin

 

BAB II. PEMBAHASAN


A.    Warfarin


Gambar 1. Sediaan Warfarin (Coumadin®)

Gambar 2. Sediaan Warfarin

 Antikoagulan digunakan untuk mencegah pembekuan darah dengan jalan menghambat pembentukan atau menghambat fungsi beberapa faktor pembekuan darah. Atas dasar ini antikoagulan diperlukan untuk mencegah terbentuk dan meluasnya trombus dan emboli, maupun untuk mencegah bekunya darah in vitro. Pada trombus yang sudah terbentuk, antikoagulan hanya mencegah membesarnya trombus dan mengurangi kemungkinan terjadinya emboli, tetapi tidak memperkecil trombus.
Warfarin merupakan turunan kumarin yang sudah biasa diresepkan sebagai antikoagulan oral untuk mengobati atau mencegah penyakitpenyakit trombotik, diantaranya myocardial infarction, ischemic stroke, venus thrombosis, heart valve replecement dan atrial fibrillation. Namun, warfarin mempunyai rentang terapeutik yang sempit dan memberikan perbedaan respon yang besar diantara individu atau pasien. Kekurangan dosis akan menyebabkan kegagalan dalam mencegah tromboembolisme sedangkan kelebihan dosis akan meningkatkan resiko perdarahan. Derajat antikogulasi setiap pasien diukur dengan parameter waktu protrombin yang dinyatakan dengan International Normalized Ratio (putri, et al. 2012).
Warfarin adalah antikoagulan oral yang banyak digunakan pada pasien dengan resiko tromboemboli dan mempunyai efektivitas yang tinggi untuk menurunkan morbiditas dan mortalitas akibat tromboemboli. Saat ini, warfarin merupakan antikoagulan oral yang paling banyak digunakan. Indikasi umum digunakan warfarin dalam jangka panjang adalah pasien dengan atrial fibrilasi, gangguan mekanik katup jantung, kardiomiopati dan penderita tromboemboli vena.1,2 Warfarin merupakan antagonis vitamin K, bekerja dengan menghambat sintesis hepatik faktor koagulasi II, VII, IX, X dan protein antikoagulasi C dan S yang tergantung vitamin K sebagai kofaktornya(kusumastuti, et al. 2010).
Warfarin tidak mempunyai efek langsung terhadap trombus yang sudah terbentuk, tetapi dapat mencegah perluasan trombus. Warfarin telah terbukti efektif untuk pencegahan stroke kardioembolik. Karena meningkatnya resiko pendarahan, penderita yang diberi warfarin harus dimonitor waktu protrombinnya secara berkala.
Bioavailabilitas oral dari warfarin hampir 100%. Warfarin terutama berikatan dengan protein plasma (97%), khususnya dengan albumin.Warfarin didistribusikan melalui hati, ginjal, paru-paru dan limpa. Durasi efek antikoagulannya setelah pemberian dosis tunggal adalah 5–7 hari (kusumastuti, et al. 2010).

B.     Struktur Kimia

Warfarin merupakan senyawa yang bersifat teratogen. Obat ini mempunyai berat
molekul yang kecil yaitu 308,33 g/mol sehingga dapat melintasi plasenta dan efek kerjanya sebagai antagonis vitamin K dapat mempengaruhi perkembangan embrio dan fetus. Warfarin yang dikonsumsi pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada janin yang dikenal dengan istilah Fetal Warfarin Syndrom (FWS).
Warfarin mempunyai nama kimia 4-hydroxy-3-(3-oxo-1-phenylbutyl)-2H-chromen-2-one,rantaikarbon CC(=O)CC(C1= CC= CC= C1)C1= C(O)C2= C(OC1= O)C= CC= C2, dengan rumus kimia C19H16O4, dan struktur kimia:

Gambar 3. Sturuktur kimia warfarin

Warfarin mempunyai sediaan berbentuk tablet dengan dosis bervariasi mulai dari 1 mg hingga 10 mg.
 

D.    Mekanisme Kerja Efek


1.      Menghambat produksi factor pembekuan
Warfarin dan obat-obat terkait kumarin bekerja dengan menghambat produksi faktor pembekuan tergantung vitamin K yang dibentuk oleh hati (II, VII, IX, X) dan protein C dan S. Tes laboratorium yang digunakan untuk memonitor efeknya adalah waktu protrombin, saat ini telah distandardisasi menjadi rasio normalisasi internasional (INR). Pada awal terapi warfarin waktu protrombin memanjang namun jalur intrinsic sementara masih belum terpengaruh. Hal ini adalah alasan mengapa dalam mengubah terapi heparin menjadi warfarin, heparin harus tetap dilanjutkan selama minimal 24 jam setelah didapatkan INR yang adekuat (gray, et al. 2003)
Dalam garis besar proses pembekuan darah berjalan melalui tiga tahap :
·         aktivasi tromboplastin,
·         pembentukan trombin dari protrombin, dan
·         pembentukan fibrin dari fibrinogen.

2.      Bioavailibilitas baik
Warfarin memiliki bioavailabilitas yang sangat baik dengan konsentrasi darah maksimum dicapai dalam waktu 90 menit dan dengan cepat terakumulasi dalam hati. Warfarin memiliki waktu paruh lebih dari 40 jam. Dosis rata-rata yang diperlukan untuk mencapai INR 2,0-3,0 adalah antara 3 mg dan 5 mg, meskipun ada yang 1 mg dan ada yang 30 mg atau lebih. Warfarin terikat dengan protein plasma dalam jumlah yang besar yaitu 98,7%-99,9%. Jika ada faktor yang mendesak ikatan protein plasma ini lepas dari tempat ikatannya sehingga kadar obat yang bebas meningkat, maka akan sangat mempengaruhi hasil dari terapi dan dapat menyebabkan toksik (Agustini, et al. 2016).

E. Efek Samping

1.      Perdarahan
Perdarahan merupakan efek samping paling umum terjadi dan dipengaruhi oleh factor lain seperti usia, hipertensi, pembedahan dalam waktu dekat, dan penyakit keganasan. Secara rata-rata, risiko perdarahan tahunan keseluruhan adalah 6 % dengan episode mayor dan fatal masing-masing sebesar 2% dan0,8% (gray, et al. 2003).
Perdarahan minor dapat berupa perdarahan membrane mukosa, perdarahan subkonjungtiva, kemosis, hematuria dan epistaksis. Perdarahan mayor berupa perdarahan saluran cerna, perdarahan intrakranial dan perdarahan retroperitoneal. Perdarahan masif umumnya melibatkan saluran cerna, namun dapat pula melibatkan traktus spinal dan serebral, perikardium, paru, ginjal dan hepar. Meskipun jarang, perdarahan masif intraokuler dilaporkan terjadi pada pasien dengan degenerasi makula yang telah ada sebelumnya (kusumastuti, et al. 2010).

2.   Nekrosis kulit
Kompilasi yang jarang terjadi adalah nekrosis kulit yang diinduksi oleh kumarin, etiologinya tidak diketahui dan terjadi padahari ketiga hingga kedelapan setelah terapi dimulai. Kumarin melintasi plasenta dan dapat bersifat teratogenik, terutama selama trimester pertama kehamilan (gray, et al. 2003).

3.      Penurunan risiko stroke
Warfarin menunjukkan penurunan risiko stroke pada pasien dengan fibrilasi atrial hingga 62%. The Framingham Heart Study menunjukkan risiko yang diakibatkan oleh stroke pada pasien dengan fibrilasi atrial meningkat dari 1,5% pada usia 50-59 tahun hingga 23,5% pada usia 80-89 tahun (Agustini, et al. 2016).

F. Solusi Efek Samping

Pada perdarahan, tindakan pertama adalah menghentikan pemberian antikoagulan. Perdarahan hebat memerlukan suntukan vitamin K1 (filokuinon) iv, dan biasanya perdarahan dapat diatasi beberapa jam setelah penyuntikan. Pada perdarahan ringan dapat diberi dosis tunggal 1–5 mg; tapi untuk perdarahan berat dapat diberi dosis 20–40 mg, jika perlu dosis ditambah setelah 4 jam. Pemakaian vitamin K harus dibatasi untuk kasus perdarahan berat karena pasien mungkin menjadi refrakter berhari-hari terhadap terapi ulang dengan antikoagulan oral (kusumastuti, et al. 2010).

 

 



 

 



BAB III. PENUTUP



A. Kesimpulan



  1.      Warfarin adalah antikoagulan oral yang bekerja dengan menghambat sintesis faktor pembekuan, sehingga mencegah terjadinya pembekuan darah.
        2.    Warfarin bekerja di hati dengan menghambat karboksilasi vitamin K dari protein prekursomya
       3.     Warfarin menunjukkan efektivitasnya sebagai indeks terapi sempit yang dapat menyebabkan terjadinya interaksi antara obat dengan obat dan obat dengan makanan.
        4.    Kekurangan dosis akan menyebabkan kegagalan dalam mencegah tromboembolisme sedangkan kelebihan dosis akan meningkatkan resiko perdarahan.
       5.      Perdarahan merupakan efek samping paling umum terjadi, selain itu dapat terjadi nekrosis kulit, penurunan risiko stroke, dan sebagainya.

B. Saran

Untuk menyempurnakan tugas ini penulis mengharapkan saran dan kritiknya dari pembaca yang membangun.karena penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan.













Daftar Pustaka

Agustini, T.T., H. Arifin, dan A.M. Hanif. 2016. Perbandingan Dosis Warfarin terhadap Durasi Tercapainya Target INR pada Pasien CHF dengan Fibrilasi Atrial. Jurnal Sains Farmasi dan Klini. Vol 2(2) : 163-165.

Gray, H.H., K.D. Dawkins, J.M. Morgan, dan I.A. Simpson. 2003. Kardiologi. Jakarta : Erlangga.

Kusumastuti, D.H., D. Rosalina, R. Doemilah, dan E. Komaratih. 2010. Awareness of Subconjunctival Bleeding on Warfarin Therapy Patient. Jurnal Oftalmologi Indonesia. Vol 7 (4) :167-170.

Putri, N.A., K. Lestari, A. Diantini dan T. Rusdiana. 2012. Monitoring Terapi Warfarin pada Pasien Pelayanan Jantung pada Rumah Sakit di Bandung. Jurnal Farmasi Klinik Indonesia. Vol 1 (3) : 110-111.










PERTANYAAN

1. Apakah warfarin aman dikonsumsi dalam jangka panjang?

2. Apakah warfarin tidak berbahaya jika digunakan oleh ibu hamil?
3. Apakah efek warfarin sama setiap orang?
4. Bagaimana interaksi warfarin dengan obat lain?
 




5 komentar:

  1. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  2. Saya akan membantu menjawab soal ke 4
    Walaupun efektif, terapi dengan warfarin mempunyai beberapa kelemahan. Banyak obat obatan yang digunakan berinteraksi dengan warfarin, begitu juga dengan beberapa makanan (terutama sayuran hijau, karena mengandung banyak vitamin K1) dan aktifitasnya harus dimonitor dengan test darah untuk memastikan dosis yang aman dan adekuat.9 International normalized ratio (INR) digunakan untuk terapi dengan warfarin ini, INR yang tinggi mempunyai merupakan predisposisi resiko tinggi perdarahan, sedangkan INR dibawah target terapi mengindikasikan dosis warfarin yang tidak cukup untuk melindungi dari kejadian thromboembolic.

    BalasHapus
  3. Terima kasih blognya sangat membantu saya , saya akan coba bantu jawab soal
    pada no. 3
    Intensitas efek warfarin berbeda diantara pasien dan bervariasi pada satu pasien dalam waktu yang berbeda. Kerjanya dipengaruhi oleh banyak obat, makanan, dan penyakit lain yang sedang diderita seperti gagal ginjal, gagal jantung dan hipertiroidisme. Warfarin memiliki interaksi dengan makanan, alkohol, produk herbal dan obat lainnya

    BalasHapus
  4. Saya mau coba jawab soal no. 2

    Warfarin yang dikonsumsi pada trimester pertama kehamilan dapat menyebabkan terjadinya kelainan pada janin yang dikenal dengan istilah Fetal Warfarin Syndrom (FWS). Karena, obat ini mempunyai berat molekul yang kecil yaitu 308,33 g/mol sehingga dapat melintasi plasenta dan efek kerjanya sebagai antagonis vitamin K dapat mempengaruhi perkembangan embrio dan fetus.

    BalasHapus
  5. Hai putri, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no. 1
    Warfarin tidak untuk pemakaian jangka panjang, kecuali pada beberapa kondisi. Karena warfarin menunjukkan efektivitas indeks terapi sempit yaitu kekurangan dosis akan menyebabkan kegagalan dalam mencegah tromboembolisme sedangkan kelebihan dosis akan meningkatkan resiko perdarahan. Hal ini juga dapat menyebabkan terjadinya interaksi antara obat dengan obat dan obat dengan makanan. Ini harus dimonitor, namun membutuhkan biaya dan merepotkan pasien.

    Warfarin penggunaan dalam jangka panjang adalah untuk pasien dengan atrial fibrilasi, gangguan mekanik katup jantung, kardiomiopati dan penderita tromboemboli vena.1,2.

    BalasHapus