Rabu, 11 Oktober 2017

OBAT ANALGETIK, MEKANISME KERJA ANALGETIK : KIMIA MEDISINAL





TUGAS KIMIA MEDISINAL
ANALGETIK



Di Susun Oleh :
       Nama            : PUTRI AZKIA
      NIM               : F1F115005
                       

Dosen Pengampu
Dr. Drs. Syamsurizal, Msi.


JURUSAN FARMASI
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2017


 

KATA PENGANTAR


Puji syukur kita panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kita berbagai macam nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa keberkahan, baik kehidupan alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita capai-hambanya yang berada di jalan-Nya.
Terimakasih sebelum dan sesudahnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan banyak pengajaran dalam menyelesaikan tugas yang diberikan kepada penulis selama ini dan orang tua yang telah memberikan motivasi untuk dapat lebih semangat dalam meraih cita-cita yang diinginkan oleh penulis serta teman-teman sekalian yang telah membantu baik bantuan moril maupun materil, sehingga tugas ini dapat terselesaikan dalam waktu yang di tentukan.
Penulis menyadari sekali, didalam penyusunan tugas ini masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangan, baik dari segi bahasa maupun dalam pengkonsolidasian kepada dosen serta teman-teman sekalian. Untuk itu besar harapan penulis jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini di lain waktu, agar pengembangan tata bahasa penulis lebih baik lagi dan juga hal-hal yang diangkat dalam menyelesaikan tugas ini tidak secara gegabah ataupun egois semata.


Jambi, 11 Oktober 2017
                                                                                                                        Penulis



DAFTAR ISI





BAB I. PENDAHULUAN


A.    Pendahuluan

Obat analgesik merupakan obat yang sudah tidak asing lagi bagi sebagian masyarakat di seluruh dunia. Banyaknya penggunaan analgetik juga tidak lain sebagai akibat dari tingginya jumlah penderita nyeri yang mana rasa nyeri dapat mengganggu aktifitas sehari-hari. Oleh karena itu penghilang rasa nyeri menjadi sangat populer.
Nyeri adalah gejala penyakit atau kerusakan yang paling sering. Walaupun nyeri sering berfungsi untuk mengingatkan, melindungi dan memudahkan diagnosis, pasien merasakannya sebagai hal yang tak mengenakkan, kebanyakan menyiksa dan karena itu berusaha bebas darinya. Salah satu contoh nyeri yaitu nyeri kepala sebelah.
Obat analgesik dibedakan menjadi 2 macam, yaitu analgetik opioid dan analgesik non-narkotik. Analgetik opioid merupakan kelompok obat yang memiliki sifat seperti opium yang berasal dari getah Papaverum somniferum yang mengandung sekitar 20 jenis alkaloid diantaranya, morfin, codein, tebain, dan papaverin. Sering terjadi penyalahgunaan analgesik opioid karena adanya efek euforia dan ketagihan sehingga penggunaannya pun dibatasi.
Obat nyeri atau obat antiinflamasi non steroid jika digunakan dalam jangka panjang dapat merugikan kesehatan, dari efek samping seperti sakit kepala, mual, muntah sampai kerusakan hati dan ginjal (Syamsul, et al. 2016).
Karena itu, dalam makalah ini akan dijelaskan mengenai nyeri, analgetik, penggolongan analgetik, mekanisme kerja analgetik, cara memilih analgetik dan cara meminum analgetik.

B. Identifikasi masalah

·         Bagaimana sensasi nyeri dapat terjadi ?
·         Bagaimana mekanisme kerja analgetik dalam mengurangi sensasi nyeri?
·         Bagaimana penggolongan analgetik ?
·         Bagaimana cara memilih analgetik yang tepat sesuai tingkatan nyeri?
·         Bagaimana efek samping dari analgetik ?

 

C. Tujuan

·         Mengetahui proses terjadinya sensasi nyeri
·         Mengetahui mekanisme kerja analgetik dalam mengurangi sensasi nyeri
·         Mengetahui penggolongan analgetik
·         Mengetahui efek samping dari analgetik
·         Memahami cara memilih analgetik yang tepat sesuai tingkatan nyeri


 

BAB II. PEMBAHASAN 

 

A.    Nyeri

1.      Patofisiologi nyeri
Nyeri adalah keadaan yang subjektif dimana seseorang memperlihatkan tidak nyaman secara verbal maupun nonverbal atau keduanya. Dapat akut atau kronis. Pengalaman nyeri terdiri dari 2 komponen : persepsi dan reaksi. Reaksi nyeri adalah apa yang dirasakan, dipikirkan seseorang dan hal-hal yang dirasakan nyeri. Respon seseorang terhadap nyeri dipengaruhi oleh emosi, tingkat kesadaran, latar belakang budaya, pengalaman masa lalu tentang nyeri dan pengertian nyeri. Nyeri mengganggu kemampuan seseorang untuk beristirahat, konsentrasi dan kegiatan-kegiatan yang biasa dilakukan (Engram, 1994).
Rasa sakit atau nyeri merupakan pertanda ada bagian tubuh yang bermasalah, yang merupakan suatu gejala, yang fungsinya adalah melindungi serta memberikan tanda bahaya tentang adanya gangguan-gangguan di dalam tubuh seperti peradangan (rematik,encok), infeksi kuman atau kejang otot. Rasa nyeri timbul karena adanya rangsangan mekanis ataupun kimiawi, yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator (perantara) nyeri seperti bradikinin, histamin, serotonin, dan prostaglandin (Afrianti, et al. 2014).
Rasa nyeri disebabkan rangsangan mekanis (benturan dengan benda tumpul) atau kimiawi, kalor atau listrik, yang dapat menimbulkan kerusakan jaringan dan melepaskan zat yang disebut mediator nyeri. Sedangkan rasa nyeri pada gigi dapat disebabkan adanya infeksi atau peradangan. Kejang atau ketegangan otot dapat menimbulkan nyeri kepala. Mediator nyeri merangsang reseptor nyeri yang letaknya pada ujung syaraf bebas di kulit, selaput lendir dan jaringan lain. Dari tempat ini rangsang dialirkan melalui syaraf sensoris ke susunan saraf pusat, melalui sumsum tulang belakang ke talamus kemudian ke pusat nyeri dalam otak besar, dimana rangsang terasa sebagai.
2.      Reseptor nyeri
Reseptor nyeri di dalam kulit dan jaringan lainnya merupakan ujung saraf bebas. Reseptor ini tersebar luas pada permukaan superfisial kulit dan juga di jaringan-jaringan dalam tertentu. Reseptor lainnya yang sensitif terhadap suhu panas atau dingin yang ekstrem disebut reseptor nyeri termosensitif yang meneruskan nyeri kedua melalui serabut C yang tak bermielin. Reseptor ini mempunyai respon terhadap suhu dari 30oC-45oC dan pada suhu diatas 45oC, mulai terjadi kerusakan jaringan dan sensasinya berubah menjadi nyeri (Puspitasari, et al. 2003).

3.      Proses merasakan nyeri
Terdapat tiga jenis sel saraf yang berperan atau berpartisipasi dalam proses penghantaran nyeri yaitu :
·         sel syaraf aferen (neuron sensori)
·         serabut konektor (interneuron)
·         sel saraf eferen (neuron motoric)
Sel-sel syaraf ini mempunyai reseptor pada ujungnya yang menyebabkan impuls nyeri dihantarkan ke sum-sum tulang belakang dan otak. Reseptor ini khusus dan memulai impuls yang merespon stimulus nyeri  yang disebabkan oleh perubahan fisik dan kimia tubuh (reseptor yang berespon ini disebut “nosiseptor”). Nociceptor ini terdapat diseluruh jaringan dan organ tubuh, kecuali di system saraf pusat. Mediator nyeri mengakibatkan reaksi radang dan kejang yang mengaktivasi reseptor nyeri pada ujung-ujung saraf bebas di kulit, mukosa, dan jarigan lainnya. Dari sini rangsangan disalurkan ke otak melalui jaringan dari neuron melalui sum-sum tulang belakang, sum-sum tulang lanjutan dan otak tengah. Dari thalamus, impuls diteruskan ke pusat nyeri di otak besar, dimana impuls dirasakan sebagai nyeri. Stimulus pada jaringan akan merangsang nosiseptor melepaskan zat-zat kimia, yang terdiri dari prostaglandin, histamin, bradikinin, leukotrien, substansi p, dan enzim proteolitik. Zat-zat kimia ini akan mensensitasi ujung syaraf dan menyampaikan impuls ke otak.
Menurut Puspitasari (2010), proses terjadinya nyeri yaitu adanya rangsangan yang diterima tubuh menyebabkan sel akan mengalami luka. Dinding sel terdiri atas komponen fosfolipid (fosfat daan lemak). Adanya luka sel akan menyebabkan lepasnya enzim fosfolipase A2. Enzim ini menyebabkan diproduksinya asam arakidonat (ARA) oleh sel yang akan dilepaskan dalam darah. ARA tidak diam saja, namun akan berubah bentuk menjadi senyawa mediator nyeri seperti prostaglandin (PG), prostasiklin (PGI), dan tromboksan A2 (TX). Pembentukan senyawa-senyawa ini terjadi karena dalam tubuh terdapat enzim siklooksigenase (COX). Selain melalui enzim COX, dapat juga ARA diubah bentuknya oleh enzim lain dalam jalur nyeri ini, yakni lipoksigenase membentuk leukotriene (LT1).
Mediator-mediator nyeri tersebut akan menyebabkan meningkatnya potensial saraf, khususnya diserabut saraf Ad dan C di sumsum tulang belakang. Hantaran serabut Ad berlangsung sangat lambat, sementara serabut C sangat cepat. Perjalanan nyeri dilanjutkan oleh serabut-serabut saraf tersebut hingga dipusat nyeri otak (thalamus), akhirnya sampai di somatosensory korteks (otak). Di somatosensory korteks inilah rasa nyeri kita di persepsikan (Puspitasari, 2010).

B.     Analgetik

Obat analgetik merupakan kelompok obat yang memiliki aktivitas mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Pengujian aktivitas analgetik dilakukan dengan dua metode yaitu induksi nyeri cara kimiawi dan induksi nyeri cara termik. Daya kerja analgetik dinilai pada hewan dengan mengukur besarnya peningkatan stimulus nyeri yang harus diberikan sampai ada respon nyeri atau jangka waktu ketahanan hewan terhadap stimulus nyeri (Puspitasari, et al. 2003)

C.     Penggolongan Analgetik

Menurut Tjay dan Kirana (2007), berdasarkan kerja farmakologisnya analgetika dibagi dalam 2 kelompok besar, yakni :

1.      Analgetik Perifer (non narkotik),
Analgetik ini terdiri dari obat-obat yang tidak bersifat narkotik dan tidak bekerja sentral.  Secara kimiawi, analgetik perifer dapat dibagi dalam beberapa kelompok, yakni:
·         Parasetamol
·         Salisilat                                          : asetosal, salisilamida, dan benorilat
·         Penghambat Prostaglandin (NSAID): ibuprofen
·         Derivat-derivat antranilat              :mefenaminat, asam niflumat glafenin, dan floktafenin
·         Derivat-derivat pirazolinon           :aminofenazon, isopropil fenazon, isopropyl amino fenazon, dan metamizol
·         Lainnya                                         : benzidamin (tatum)
Obat-obat ini mampu menghilangkan atau menghalau rasa nyeri, tanpa mempengaruhi sistem syaraf pusat atau menurunkan kesadaran, juga tidak menimbulkan ketagihan. Kebanyakan zat ini juga berdaya antipiretis dan/ atau antiradang. Oleh karena itu tidak hanya digunakan sebagai obat antinyeri, melainkan juga pada demam (infeksi virus/kuman, selesma, pilek) dan peradangan seperti rema dan encok. Obat-obat ini banyak diberikan untuk nyeri ringan sampai sedang, yang penyebabnya beraneka ragam, misalnya nyeri kepala, gigi, otot atau sendi, perut, nyeri haid, nyeri akibat benturan, kecelakaan (trauma). Untuk kedua nyeri terakhir, NSAID lebih layak. Pada nyeri lebih berat misalnya setelah pembedahan atau fraktur (patah tulang), kerjanya kurang ampuh (Tjay dan Kirana, 2007).

2.      Analgetik narkotik,
Analgetik ini mempunyai sifat analgetik dan hipnotik (menyebabkan kesadaran berkurang seperti bermimpi indah, dalam istilah sehari-hari disebut “fly”). Khususnya digunakan untuk menghalau rasa nyeri hebat, seperti pada kanker. Penggunaan untuk jangka waktu lama pada sebagian pemakai menimbulkan kebiasaan dan ketergantungan.
Menurut Tjay dan Kirana (2002), atas dasar cara kerjanya obat-obat ini dapat dibagi dalam tiga kelompok yakni:
·         Agonis Opiat, yang dapat dibagi dalam alkoloida candu: Morfin, Kodein, Heroin, dan Nicomorfin.
·         Antagonis Opiat: Nalokson, Nalorfin, Pentazosin dan Buprenorfin. Bila digunakan sebagai analgetik, obat ini dapat menduduki salah satu reseptor.
·         Kombinasi, zat-zat ini juga mengikat pada reseptor opiat, tetapi tidak mengaktifasi kerjanya dengan sempurna.

Menurut Widjajanti (1991), alkaloid golongan opium, misalnya :
    a.       Morfina
·         Sifat analgetik dari morfina berdasarkan penekanannya pada susunan saraf sentral yang disertai dengan perasaan nyaman, menghambat pernafasan dan dapat menimbulkan batuk.
·         Penggunaannya : untuk mengobati rasa sakit yang tidak dapat disembuhkan dengan analgetika antipiretik, misalnya pada kanker, menahan rasa sakit pada waktu operasi, dan sebagainya.
·         Kerja ikutannya : dapat mengakibatkan sembelit yang hebat, perasaan mual dan muntah-muntah, alergi (gatal-gatal) dan yang terutama adalah mengakibatkan gatal-gatal.
·         Morfina tidak boleh diberikan pada penderita radang hati atau asma, karena morfina menekan pusat pernapasan. Juga tak boleh diberikan kepada bayi. Pemberian morfina kepada orang tua dan anak-anak harus hati-hati, sebab mereka sangat peka.

     b.      Codein
·         Dapat menekan batuk dan sering digunakan sebagai obat batuk. Codein sering dikombinasi dengan asetosal, fanasetina dan cofeina untuk mengurangi rasa sakit yang tidak begitu keras
·         Kerja ikutannya berupa sembelit dan alergi
·         Dosis oral 8 – 65 mg, tiap 3-4 jam, tergantung pada kebutuhan penderita

     c.       Thebaina
·         Yang sering digunakan adalah HCl atau fosfatnya.
·         Oleh karena obat bius ini dapat mengakibatkan ketagihan dan merusak kesehatan masyarakat
·         maka pemakaian obat bius ini diatur oleh undang-undang obat bius dan diawasi secara ketat oleh pemerintah.

D.    Mekanisme Kerja Analgetik

Menurut (Puspitasari, 2010), memblok rasa nyeri dimaksudkan untuk mengurangi atau menghilangkan rasa nyeri. Banyak cara dapat dilakukan untuk memblok nyeri, berdasarkan pemahaman mekanisme terjadinya nyeri.
1.      Memblok pembentukan mediator nyeri khususnya PG, yaitu dengan pemberian analgetik steroid (prednisone,deksametason), maupun nonsteroid (aspirin, parasetamol, ibu profen, dan lain-lain). Analgetik steroid (NSID) ini yang lebih menonjol adalah sifat antiinflamasinya (anti radang), sementara nonsteroid sebagian besar selain bersifat analgetik antipiretik juga beberapa memiliki sifat antiinflamasi.
2.      Memblok penghantaran nyeri oleh serabut saraf dapat dilakukan melalui anestesi (obat bius), baik local (ditempat rangsang nyeri terjadi saja) atau sistemik (seluruh saraf tubuh). Lidokain semprot/injeksi (pada cabut gigi, khitan) adalah contoh anestesi local. Ada juga bermacam anestesi yang diberikan melalui injeksi intravena (masuk pembuluh darah vena), bahkan sekarang banyak diberikan melalui sumsum tulang belakang khususnya bila diinginkan efek obat sangat cepat seperti pada operasi section cesaria (bedah cesar)
3.      Memblok pusat nyeri/reseptor nyeri di otak, yakni dengan analgetik narkotik (morfin, pethidin). Hanya analgetik bentuk narkotik yang mampu menembus penghalang antara darah dan otak sehingga dapat memblok rasa nyeri yang amat sangat
4.      Menghambat kerja enzim siklooksigenase yang akan mengurangi produksi prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri. Contohnya pada flavonoid berkhasiat sebagai analgetik (Syamsul, et al. 2016).
5.      Menghambat enzim siklooksigenase sehingga pembentukan asam arakidonat menjadi terganggu. Ibuprofen menghambat COX-1 dan COX-2 dan membatasi produksi prostaglandin yang berhubungan dengan rusaknya jaringan seperti analgetik dan inflamasi. ibuprofen lebih cepat diabsorbi dan dikenal oleh masyarakat sebagai obat yang mampu mengobati nyeri dengan baik. Ibuprofen diketahui merupakan obat yang memiliki kemampuan analgetik.  (Syamsul, et al. 2016).
Obat analgetik steroid, anestesi, dan analgetik narkotik hanya dapat diberikan oleh dokter (atas resep dokter), sementara analgetik nonsteroid dapat dibeli secara bebas oleh konsumen (Puspitasari, 2010).

E. Analgetik untuk Terapi Nyeri

Pada pengobatan rasa nyeri pemilihan obat analgetika tergantung dari jenis nyeri yang dialami, maka dapatlah digunakan obat- obat sebagai berikut :
1.      Nyeri ringan, seperti sakit gigi, kepala, otot-otot pada infeksi virus, kesleo, obat yang digunakan yaitu analgetik perifer misalnya asetosal dan parasetamol.
2.      Nyeri ringan yang menahun, seperti rematik dan artrosis. Obat yang digunakan yaitu yang berkhasiat anti radang golongan salisilat, ibu profen, dan indometasin.
3.      Nyeri yang hebat, seperti nyeri organ-organ dalam (lambung, usus). Obat yang digunkan sebaiknya analgetik sentral (narkotik) dengan suatu obat pelawan kejang, misalnya morfin dengan atropin.
4.      Nyeri Hebat menahun, seperti kanker kadang-kadang rematik dan neuralgia. Dalam hal ini yang digunakan adalah obat-obat yang berkhasiat kuat antara lain analgetik narkotik fentanil, dekstromoramida atau bezitramida, bila perlu bersama suatu neuroleptikum dengan kerja analgetik.

F. Memilih Analgetik Nonsteroid

Menurut (Puspitasari, 2010). Walaupun analgetik jenis ini dapat dibeli secara bebas, bukan berarti semua jenis NSAID ini aman dan pas untuk semua individu. NSAID digolongkan berdasarkan sifat kimianya, yakni :
1.      Golongan narkotik (hanya dipasarkan secara bebas di Australia) : codein (biasanya dalam bentuk kombinasi dengan analgetik nonsteroid lain seperti parasetamol, asetosal atau ibuprofen).
2.      Golongan salisilat : asetosal/aspirin, piroksikam, fenilbutazon, asam mefenamat, ibu profen, diklofenak.
Semua jenis obat dalam golongan obat ini bersifat sangat asam sehingga harus dihindari oleh penderita yang mempunyai gangguan di lambung dan usus (dispensia, gastritis/maag, ulkus/tukak peptikum). Keasaman yang sangat tinggi akan memicu, bahkan memperparah gangguan di lambung dan usus tersebut.
3.      Golongan parasetamol. Hanya ada satu jenis yakni parasetamol.
Parasetamol juga tidak selamanya aman, terutama bagi penderita yang telah memiliki gangguan di hati/hepar/liver. Penderita hepatitis, sorosis hepatic sebaiknya menghindari parasetamol jika tidak ingin heparnya makin rusak. Parasetamol jika dikonsumsi dalam jumlah besar akan menyebabkan rusak hingga kematian sel-sel dihepar
4.      Golongan dypyron: metampiron/antalgin.
Antalgin ini selain memiliki sifat analgetik, juga menonjol sifat antispasmusnya. Spasmus adalah kejang otot yang menyertai nyeri. Namun antalgin ini juga memiliki efek samping mengganggu pembentukan komponen darah, seperti : sulinya darah menggumpal, anemia, penurunan trombosit. Penderita yang memiliki gangguan darah sebaiknya menghindari analgetik golongan ini.
5.      Golongan lain : contohnya tramadol. Beberapa ahli menggolongkan tramadol sebagai jenis seminarkotik. Biasanya obat ini diberikan pada nyeri akibat trauma (kecelakaan patah tulang, pascaoperasi).
Golongan penghambat enzim siklooksigenase 2 (COX-2) : PARECOXIB, CELEXOCIB, rofecoxib dan meloxicam. Karena merupakan obat yang baru saja ditemukan, biasanya dijual dengan harga sangat mahal. Analgetik golongan baru ini menghambat COX secara spesifik sehingga tidak menyebabkan iritasi lambung.

G. Cara Meminum Analgetik

Menurut Puspitasari (2010), cara mengkonsumsi sediaan obat analgetik adalah sebagai berikut :
1.      Semua salisilat harus diminum sesudah perut terisi makanan agar mengurangi keasaman lambung. Dalam kondisi kosong, dengan keasaman yang tinggi, ditambah minum analgetik jenis salisilat yang bersifat asam, akan memicu dan memperparah gangguan lambung dan usus.
2.      Parasetamol dan antalgin dianjurkan untuk diminum sebelum perut terisi makanan. Kedua obat ini diserap oleh usus (bukan oleh lambung), sehingga bila obat telah berada dalam lambung yang kosong, begitu ada makanan, obat akan terdorong ke usus, maka proses penyerapan obat akan jauh lebih cepat
3.      Parasetamol dan antalgin sebaiknya diminum dengan air yang tidak bersifat asam (jangan jus atau minuman berkarbonansi) karena akan menghambat penyerapan obat yang telah bereaksi membentuk sedikit garam dengan media asam
4.      Bila penderita tidak memiliki gangguan lambung, dianjurkan  minum obat golongan salisilat dengan jus yang asam karena akan mempercepat penyerapan obat oleh lambung, sehingga efek obat lebih cepat.

H. Efek Samping

Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung usus untuk salisilat, penghambat prostaglandin (NSAID) dan derivat-derivat pirazolino. Kerusakan darah untuk parasetamol, salisilat, derivat-derivat antranilat dan derivat-derivat pirazolinon. Kerusakan hati dan ginjal untuk untuk parasetamol dan penghambat prostaglandin (NSAID) serta reaksi alergi pada kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi. Oleh karena itu, penggunaan analgetik secara kontinyu tidak dianjurkan (Tjay dan Rahardja, 2002).

I.       Undang-Undang Narkotika

Dikebanyakan Negara, beberapa unsur dari kelompok obat ini, seperti propoksifen, pentazosin dan tramadol, tidak termasuk dalam Undang-undang Narkotika, karena bahaya kebiasaan dan adiksinya ringan sekali. Namun penggunaannya untuk jngka waktu lama tidak dianjurkan (Tjay dan Kirana, 2007).

 

 



BAB III. PENUTUP



A. Kesimpulan


1.      Obat analgetik merupakan kelompok obat yang memiliki aktivitas mengurangi rasa nyeri tanpa menghilangkan kesadaran
2.      Rasa nyeri timbul karena adanya rangsangan mekanis ataupun kimiawi, yang dapat menimbulkan kerusakan pada jaringan dan melepaskan zat-zat tertentu yang disebut mediator ke ujung saraf. Serabut saraf kemudian menghantarkan impuls nyeri ke korteks sensorik diotak.
3.      Terdapat 2 golongan analgetik, yaitu : analgetik narkotik dan analgetik non-narkotik.
          4.      Mekanisme kerja obat analgetik yaitu dengan cara memblok pembentukan mediator nyeri, memblok penghantaran nyeri oleh serabut saraf, memblok pusat nyeri/reseptor nyeri di otak, menghambat kerja enzim siklooksigenase yang akan mengurangi produksi prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri, dan menghambat enzim siklooksigenase sehingga pembentukan asam arakidonat menjadi terganggu.
           5.      Efek samping yang paling umum adalah gangguan lambung usus, Kerusakan darah, Kerusakan hati dan ginjal, serta reaksi alergi pada kulit. Efek-efek samping ini terutama terjadi pada penggunaan lama atau dalam dosis tinggi.

B. Saran


Untuk menyempurnakan tugas ini penulis mengharapkan saran dan kritiknya dari pembaca yang membangun.karena penulis menyadari bahwa tugas ini jauh dari kesempurnaan.




PERMASALAHAN


  1. apa saja sediaan analgetik yang bisa dibuat dalam bentuk kombinasi ?
  2. apa perbedaan daya analgetik antara codein dan morfin?
  3. Bagaimana mekanisme Asam salisilat sehingga dapat menyebabkan efek samping  asma?
  4. Apakah ada perbedaan mekanisme kerja dari analgetik non narkotik golongan salisilat
  5. bagaimana mekanisme asam mefenamat dalam mengatasi nyeri yang ditimbulkan pada saat haid
  6. Bagaimana mekanisme obat analgetik dalam mengatasi nyeri kepala ?
  7. Obat analgetik yang paling sesuai untuk mengatasi nyeri pada anak dibawah 2 tahun?
 








Daftar Pustaka


Afrianti, R., R. Yenti, dan D. Meustika. 2014. Uji Aktifitas Analgetik Ekstrak Etanol Daun Pepaya pada  Mencit Putih Jantan yang di Induksi Asam Asetat 1%.  Jurnal Sains Farmasi dan Klinis. Vol 1 (1) : 54-55.

Engram, Barbara. 1994. Rencana Asuhan Keperawatan Medikal-Bedah. Jakarta : EGC.
Puspitasari, H., S. Listyawati, dan T. Widiyani. 2003. Aktivitas Analgetik Ekstrak Umbi Teki pada Mencit Putih Jantan. Biofarmasi. Vol 1(2) : 50-53.

Puspitasari, Ika. 2010. Jadi Dokter untuk Diri Sendiri. Yogyakarta : B First.

Tjay, T.H., dan K. Rahardja. 2007. Obat-Obat Penting. Jakarta : Gramedia.

Widjajanti, V.N. 1991. Obat-Obatan. Yogyakarta : Kanisius.






7 komentar:

  1. hay putri, saya akan mencoba menjawab pertanyaan no.5
    Cara kerja asam mefenamat adalah dengan menurunkan kadar prostaglandin, yang merupakan sebuah hormone penyebab nyeri haid. Menurut (Puspitasari, 2010), dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase akan mengurangi produksi prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri.
    Selain asam mefenamat dapat mengurangi rasa nyeri ketika haid, dapat juga mengurangi volume perdarahan yang banyak saat menstruasi. Asam mefenamat tersedia dalam berbagai merek dan dapat digunakan dalam bentuk tablet serta obat cair yang diminum. Tetapi penggunaannya harus dengan resep dokter atau atas anjuran Apoteker penanggung jawab apotek.

    BalasHapus
  2. hay dek putri
    saya akan membantu menjawab no 2

    menurut widjajanti (1991) perbedaan yang meliputi daya analgesiknya.keamanannya dan efek samping yang ditimbulkan yaitu

    1.daya penglihatan rasa nyeri morfin jauh lebih besar dari pada codein

    2.penggunaan codein lebih aman dari pada morfin dan

    3.kerja ikutan codein juga lebih sedikit seta hanya mengakibatkan ketagihan yang lemah.

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya ingin menambahkan yaitu Morfin
      Indikasi analgesik : selama dan setelah pembedahan
      Kontra indikasi : depresi, pernafasan akut, alkoholisme akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala.
      Efek samping : mual, muntah, konstipasi.

      2. Codein
      Indikasi analgesic : nyeri ringan sampai sedang
      Kontra indikasi : depresi, pernafasan akut, penyakit perut akut, peningkatan tekanan otak atau cedera kepala.
      Efek samping : mual, muntah, konstifasi, ketergantungan atau adiksi, pada over dosis menimbulkan keracunan dan dapat menyebabkan kematian.

      Hapus
  3. Hi putri saya akan mencoba menjawab pertanyaan no 3 tentang ES asma yang ditimbulkan oleh asam salisilat
    Asam salisilat trmasuk dlm golongan NSAID yang bekerja menghambat enzim spesifik pada COX sehingga asam arakidonat sepenuhnya disintesis menjadi leukotrin dan terjadi produksi berlebihan leukotrin yang menyebabkan terjadinya penumpukan,sehingga kadar keukotrin meningkat dan menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi( penyempitan bronkus saluran pernafasan) dan berefek timbulnya asma

    BalasHapus
  4. nmr 1
    mnrt saya sediaan yg bs di kombinasi yaitu tablet dan patch krn utk tablet meminimalisir nyeri secara oral dan patch scra topikal

    BalasHapus
  5. Pada saat haid, nyeri yang dihasilkan berasal dari prostaglandin alfa 2 tang disintesis enzim COX, asam mefenamat tergolong analgetik NSAID yang menghambat sintesis prostaglandin alfa 2 dengan menghentikan aktivitas enzim COX-2, sehingga nyeri haid dapat diatasi

    BalasHapus
  6. saya akan menjawab pertanyn no 5
    Cara kerja asam mefenamat adalah dengan menurunkan kadar prostaglandin, yang merupakan sebuah hormone penyebab nyeri haid. Menurut (Puspitasari, 2010), dengan menghambat kerja enzim siklooksigenase akan mengurangi produksi prostaglandin sehingga mengurangi rasa nyeri.
    Selain asam mefenamat dapat mengurangi rasa nyeri ketika haid, dapat juga mengurangi volume perdarahan yang banyak saat menstruasi. Asam mefenamat tersedia dalam berbagai merek dan dapat digunakan dalam bentuk tablet serta obat cair yang diminum. Tetapi penggunaannya harus dengan resep dokter atau atas anjuran Apoteker penanggung jawab apotek.

    BalasHapus